Beberapa bulan ini aku merasa tidak sekuat kemarin. Aku semakin lemah. Rasanya pertahanan yang aku bangun semakin runtuh. Aku merasa orang-orang terdekatku mulai menjauh. Aku merasa orang-orang terdekat semakin menyakiti, yang mana kemarin aku pikir aku baik-baik saja akan hal itu tapi sekarang aku semakin seperti tidak bisa menghadapi itu. Aneh, padahal tidak ada tekanan. Tapi rasanya tertekan dan aku benci itu. Aku benci diriku yang tidak kuat, aku benci diriku yang lemah.
Kalian itu, orang terdekatku. Pulangku ke kalian. Tapi kalian tidak mendengarkanku, kalian menyepelekan aku, kalian meremehkan aku, kalian mengabaikanku, kalian tidak menganggapku, kalian memakiku jika aku mengeluh. Aku ingin bicara tapi tidak didengarkan, atau sekalinya didengarkan aku dimaki. Kalau bukan ke kalian itu ke siapa lagi aku dekat?
Aku tidak dianggap, namun aku tidak boleh pergi. Aku terpenjara. Aku adalah narapidana yang tidak pernah melakukan hal kejahatan. Sekaligus aku adalah orang baik yang dikerangkeng. Tak boleh pergi. Aku tersiksa tapi aku harus terima kenyataan ini.
Aku seperti rendah sekali. Tidak ada harganya.
Dadaku sesak, mataku berat, seluruh badan kedinginan pun kepanasan, kepalaku pusing dan berat, kerongkonganku pekat seakan menahan sesuatu. Hari-hari terasa lama dan panas. Aku ingin berteriak namun aku malu. Aku ingin meninju kaca sampai tanganku berdarah tapi aku takut akan rasa sakitnya. Dan aku ingin menendang semua kepala-kepala yang menjadi penyebab semua ini tapi aku tidak tahu siapa mereka.
Mereka tidak pernah diam. Di dekatku mereka selalu bersuara, mengeluh tapi tidak ingin mendengarku. Saat mereka bicara, aku selalu ingin menutup telinga. Aku juga ingin berteriak. Aku ingin meninju wajah mereka dan menyuruhnya diam tapi aku takut mereka menjadi segan terhadapku. Aku takut dijauhi karena itu tapi aku tidak bisa selalu menahannya.
Hal yang aku lakukan seperti tidak pernah benar. Tidak ada rasa berterimakasih atas usaha yang aku lakukan karena adanya setitik kesalahan dari yang aku perbuat. Aku benci ini. Makanan yang kubuat tidak enak, minuman yang kubuat tidak enak, yang aku sapu tidak bersih, yang aku rapikan tidak rapi, tugas yang aku kerjakan buruk hasilnya. Jika mereka memuji mereka tidak ikhlas. Aku tahu mereka memuji bukan karena hasilku baik tapi karena mereka takut menyakiti hatiku.
Aku ingin sendiri tapi aku tidak ingin kesepian. Sebenarnya aku pun jika jauh dengan mereka sangat sangat sedih. Tapi aku benci berisik. Ketika mendengan suara mereka yang terlalu berisik itu, rasanya telingaku terbatas mendengarkan itu. Jika melewati batas itu suaranya seperti pecah di telinga.
Aku pikir aku kuat. Ternyata itu pura-pura. Atau sebenarnya aku bukan kuat, tapi acuh. Aku tidak peduli.
Aku ingin menjadi kecil lagi. Tapi tidak ingin mengulangi masa kecilku dulu. Aku ingin menjadi kecil yang baru. Yang disayang, diperhatikan, diberi kata-kata positif, didengarkan, dicintai. Aku ingin aku kecil tidak haus akan semua hal itu.
Tapi ada hal yang aku suka dengan keadaanku sekarang. Yaitu :
- Mae membungkuskan sarapanku untuk bekalku kerja
- Pae Mae sehat
- Aku bekerja
Namun suara itu selalu memaki di kepalaku. Suaraku sendiri. Aku yang memaki diriku sendiri tanpa rasa bersalah.
Katanya,
"Aku lebay."
"Aku drama. Tidak ada yang suka drama di kehidupan nyata. Mereka menertawakan, bukan peduli. Mereka muak denganku."
"Aku akan ditinggalkan orang-orang terdekat dalam waktu dekat."
"Aku lebih baik pergi. Tapi jangan lakukan hal yang bodoh. Aku sudah cukup bodoh."
"Apa yang aku lakukan, ha?"
Komentar
Posting Komentar