Syukur diberikan rasa gelisah. Tanpanya, tak akan pernah tahu rasa nikmat ketenangan.
Gagal bukan berarti akhir dari perjuangan. Gagal bukan pula sebuah hasil. Ialah salah satu dari mampirnya sebuah proses menuju hal yang dicapai. Itu normal. Tak perlu marah.
Jangan memberi hidup hanya satu pilihan. Berilah ia berbagai rencana. Memang bukan jaminan kebahagiaan. Namun, dengan segala kegagalan yang terjadi di setiap rencana (yang ternyata bukan milik kita), semakin diberi hati yang lapang untuk menerimanya. Diberi bahu yang kuat untuk menopangnya. Diberi pikiran yang luas untuk berpikir. Segalanya akan lebih baik, percayalah. Dan setidaknya, ada yang masih bisa dikejar.
Enak tidak rasanya ada satu hal yang sangat diimpikan seperti sudah dekat di depan mata? Ah, sulit dijelaskan.
Namun, kembali lagi kepada konsep rezeki. Jika sudah takdir memilikinya 10, maka mau sampai berkeringat darah olehmu mencari pun akan tetap dapat 10. Tidak kurang, tidak lebih. Jangan bedakan dengan orang lain, semua hanya ada di kepalamu. Semua orang memiliki porsi masing-masing. Kurang lebihnya hanya ada di pikiranmu. Sisanya, serahkan kepada Yang Maha Kuasa.
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Syukur. Masih bisa bernafas seperti semestinya. Tak perlu membeli udara, tak perlu mencari bantuan apapun hanya untuk sesederhana bernafas. Selagi masih bisa, nikmat apa lagi yang dicari?
Hitunganmu masih duniawi. Tanpa tahu bahwa kalkulator ukhrowi jauh lebih tak terbatas. Kau takut dengan "bisakah aku membayar?" itu penghinaan terhadap ketetapan Illahi. Risau tanpa percaya bahwa rezeki pasti datangnya. Yang Ia minta hanya kau beriman, percaya akan hal itu. Maka, nikmat syukur rezeki yang bisa jadi dalam bentuk lain Tuhan datangkan dengan cara yang tidak terduga. "Aku bisa kok bayar, Tuhan akan selalu mencukupkanku."
Komentar
Posting Komentar