Jalan pikir kurasa sudah kutata sedemikian rapinya. Aku paham bahwa cobaan itu pasti selalu datang sekuat apapun kita mencegahnya. Yang bisa kulakukan adalah berprasangka baik, semua akan baik-baik saja, segalanya terjadi karena suatu alasan, dan tuhan memberi hamba cobaan sesuai kemampuannya. Jangan lari. Hadapi walau takut, lalu selesaikan. Entah akan sakit melewatinya, namun itu baik.
Tidak semua semua luka itu mengganggu pandangan. Sebuah luka akan memberi diri kita peringatan untuk tidak menggoreskan luka di tempat yang sama, untuk tidak melakukan kesalahan yang lama. Kalaupun ternyata tuhan memberikan cobaan yang sama, kemungkinan ada dua, yaitu :
1. Kita belum selesai dengan urusan itu
2. Its okay, kita sudah pernah melewati itu. How hard it could that be, right?
Penyelesaian hanya di pikiran diri sendiri. Bukan orang lain. Orang lain itu hanya support, pendukung. Tapi jangan sampai mengemis dukungan kepada siapapun. Orang yang memang benar-benar baik, akan tulus memberikan dukungan tanpa diminta. Dan hanya orang baik yang tetap berada di samping diri di kala roda hidup kita di bawah.
Walau begitu, kalau bisa sendiri ya kenapa harus ada orang lain yang ikut campur?
Pemikiran seperti itu, bom waktu apa tidak ya?
But remember that, "aku orang yang kuat." mentally, physically.
Untuk diriku,
Pelan-pelan lah. Setidaknya pelan-pelan saja dulu untuk tidak terlalu berharap kepada sesama manusia. Berharap boleh, tapi sewajarnya. Jangan sampai mengecewakan diri karena keputusan sendiri.
Bahagia itu banyak caranya. Jangan menyumberkan kebahagiaan kepada orang lain. Kalau bisa, bahagiamu dengan diri sendiri itu lah yang membuat orang-orang di sekitar nyaman dengan dirimu. Put yourself first on anything.
Yang berat adalah bukan saat kita diuji dengan hal yang sama. Tidak berat sama sekali itu. Yaitu kita dihadapkan dengan personality yang kita benci. Bukan personality orang lain, melainkan ke diri sendiri. "Suatu hari, kita akan menjadi orang yang kita benci cepat atau lambat." In the end of the day, hal yang harus dilakukan hanyalah pintar-pintar mengolah hati, pola pikir, untuk mengatur semua hal. Semuanya. Tidak mudah memang, tapi do-able.
Lucunya, walau aku bisa menenangkan diri dengan begitu, aku belum tahu betul cara pastinya. Maksudku, aku masih kacau mengatur hati. Ditambah dengan menjadi orang yang aku benci.
Terkadang kecewa dengan hal-hal yang seharusnya biasa saja dihadapi.
Kadang bertanya-tanya, aku ini orang yang seperti apa sih? Aku itu bagi orang lain sulit apa tidak sih? Rumit kah? Atau mudah ditebak?
Sementara ini, aku bisa menyebut diriku adalah seorang people pleasant. Menyebalkan memang, tidak kuasa menolak ajakan orang. Tapi aku bahagia juga melakukan itu.
Komentar
Posting Komentar